Kamis, 09 Mei 2013

PERSAINGAN PERDAGANGAN INDONESIA & CHINA (Tema 2)



PERSAINGAN PERDAGANGAN INDONESIA & CHINA

ABSTRAK
Mahalnya biaya transportasi dan ongkos produksi di Indonesia, membuat harga suatu produk tidak kompetitif dipasar lokal apalagi pada pasar Internasional, hasil Industri made in  Indonesia saat ini nyaris hanya bisa bertahan pada pasar dalam negeri, dan itupun sudah mulai tertekan  karena desakan barang yang sama dari China, harganya pun jauh lebih murah, walaupun mutunya sulit untuk dipercaya.
Faktor harga murah merupakan strategy China untuk merebut pangsa pasar besar di Indonesia,  dan bukan mustahil industri-industri kecil hingga industri skala besar akan gulung tikar dalam bebarapa bulan kedepan oleh karena hancurnya pasar lokal yang diserbu produk import dari China, dan ini memang rencana besar pemerintahan China, agar Indonesia menggantungkan sepenuhnya kebutuhan domestiknya terhadap Industri China.
Ketidak mampuan Industri Indonesia untuk bersaing dengan melakukan pengurangan ongkos produksi dan distribusi menjadi salah satu  penyebab nilai jual produk dalam negeri mahal, hancurnya sarana infrastruktur antar pulau dan  banyak yang sudah masuk dalam kategori  rusak berat, seperti penuturan pengusaha angkutan darat, membuat harga barang lokal mahal,  ditambah lagi  produk yang dihasilkan memakai bahan baku import, seperti produk tekstil maupun electronic yang kesemua bahan baku utamanya ( kapas, semicoductor) harus di import dari luar negeri.
Ironisnya kejadian ini terjadi setiap tahun dan belum ada tanda-tanda perbaikan,   lonjakan harga produk local  yang tidak masuk akal,  sering terjadi kelangkaan bahan baku,  dan akhirnya  produk yang dihasilkan didalam negeri tidak akan  mampu untuk bersaing dengan produk yang dihasilkan dari  Vietnam, maupun China.
Dalam semester pertama  tahun ini, Indonesia sangat kesulitan untuk mendapatkan bahan baku kapas bagi keperluan Industri tekstil dalam negeri, kapas yang dihasilkan oleh beberapa negara seperti, Amerika serikat, India, Pakistan dan sebagian Negara Amerika Latin, telah habis diborong oleh Importir dari China tahun lalu, lewat perdagangan berjangka atau yang lebih dikenal dengan istilah future trading, imbasnya  produsen tekstil ditanah air kalang kabut dan harus mengikuti fluktuatif kenaikan harga yang ditetapkan oleh Eksportir China hingga mencapai 50% dari harga dasar dipasar Internasional.
Lonjakan harga tersebut berimbas pada penghentian kegiatan produksi garment maupun Industri rumahan di dalam negeri, kenaikan harga bahan baku tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual produk sehingga konsumer tidak melakukan pembelian produk secara rutin akhirnya stock menumpuk dan tidak ada kepastian kapan produk tersebut akan diserap oleh pasar.
Importir dari kelas menengah timur tengah maupun eropa timur sudah 6 bulan lebih tidak pernah datang untuk melirik produk garment Indonesia, dapat dibayangkan berapa banyak devisa yang hilang akibat kenaikan harga kapas yang sengaja dilakukan oleh pengusaha China tersebut, jika dulu industri garment kita merupakan andalan utama pemasukan devisa, kini mereka beralih menjadi importir untuk memasukkan barang yang sejenis dari China, imbasnya adalah pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dilingkungan pabrik mereka seperti yang terjadi di Jawa barat, Jawa tengah maupun pusat sentra Industri di Tanah Air.
Adakah jalan lain yang dapat ditempuh untuk menghidupkan kembali kejayaan Industri di Tanah Air? untuk jangka pendek sepertinya kita tidak punya harapan, namun bilamana pengembangan Industri pertanian Kapas dikembangkan di Nusa Tenggara maupun daerah lainnya, Industri tekstil kita bisa bangkit kembali asalkan pemerintah memberikan dukungan penuh seperti yang dilakukan untuk industri kelapa sawit, dimana saat ini hanya produk ini yang masih bertahan dipasar internasional, karena saingan kita hanya Malaysia saja.

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China semula memang potensial membawa kemajuan bagi perekonomian Indonesia. Akan tetapi, dengan catatan, sejak ditekennya perjanjian hingga menjelang diberlakukannya ACFTA, pemerintah bersungguh-sungguh mempersiapkan daya saing dan kinerja perekonomian dalam negeri agar siap tempur di ajang perdagangan bebas tersebut.
            Namun faktanya, seperti disinggung di atas, yang terjadi di dalam negeri justru deindustrialisasi, melemahnya daya saing produk pertanian, dan kian termarjinalisasinya UMKM. Dengan kata lain, persiapan kita sangat minim.
 Banyak faktor yang ikut berperan di sini. Antara lain, diabaikannya sektor riil dibanding sektor finansial, tak kunjung dibenahinya infrastruktur, reformasi birokrasi yang tak serius yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi tetap menggejala, gagalnya revitalisasi pertanian, dan kurangnya komitmen pemerintah melakukan politik afirmasi bagi UMKM.
 Lebih dari itu, barang-barang produksi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, dan China relatif sejenis. Yakni, masih sama-sama mengandalkan produksi sektor pertanian dan industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki. Dalam kondisi ini, bisa dipastikan jika kran pasar bebas dibuka, yang bertahan ialah negara yang sanggup memproduksi barang dengan cara paling efisien alias murah meriah, dengan kualitas setara bahkan lebih baik. Posisi inilah yang dimiliki China, yang bisa menekan ongkos produksi serendah mungkin lantaran berbagai biaya faktor produksi mereka yang lebih murah.
 China bisa merebut posisi unggulan ini lantaran penguasaan mereka atas teknologi produksi kimia dasar, sehingga bisa tiap saat memasok bahan baku industri manufakturnya dengan harga murah, tanpa tergantung impor. Negeri Tirai Bambu ini juga sangat serius mereformasi birokrasi guna memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), bahkan dengan menghukum mati para koruptornya.
Jadi, bukan lagi rendahnya upah buruh di China yang menjadi alasan murahnya produk mereka sehingga memenangkan persaingan. Sebab, upah rata-rata tenaga kerja di Vietnam sekarang ini pun lebih mahal daripada upah buruh Indonesia, toh daya saing produk Vietnam mulai mengalahkan produk Indonesia.

B.RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana persaingan perdagangan bebas Indonesia dengan China?
2.    Jenis-Jenis produk dalam negeri ?
3.    Bagaimana bersaing di pasar luar negeri?


BAB II
LANDASAN TEORI

Bagi Negara Republik Indonesia, perdagangan bebas dengan China ini memberikan dampak positif dan negatif terhadap perekonomian. Dampak positifnya adalah terbukanya peluang Indonesia untuk meningkatkan perekonomiannya melalui pemanfaatan peluang pasar yang ada, dimana produk-produk dari Indonesia dapat dipasarkan secara lebih luas ke negara-negara ASEAN dan China. China yang memiliki wilayah yang luas, jumlah penduduk yang banyak, serta pertumbuhan ekonomi yang pesat menjadi pasar yang potensial untuk mengekspor produk-produk unggulan dari Indonesia ke negara tersebut. Dengan mengalirnya produk-produk Indonesia ke negara luar, maka kegiatan industri di Indonesia menjadi meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara Indonesia.
     Sebaliknya, perekonomian China yang begitu kuat terfokus pada ekspor menjadi tantangan bagi Indonesia. Ditambah lagi Pemerintah China yang mendukung penuh perdagangan masyarakatnya telah mampu untuk menghasilkan produk yang berkualitas, produk yang bervariasi, teknologi yang maju serta harga yang relatif murah, Dengan demikian produk-produk dari China tersebut akan mendominasi pasar di Indonesia. Begitu pula produk Indonesia yang sama dengan produk dari China, namun Indonesia masih kalah bersaing di beberapa produk tersebut. Walaupun begitu Indonesia masih unggul dalam produk komponen otomotif, garmen, furniture, dan perlengkapan rumah tangga. Walaupun memiliki unggulan produk, namun hal tersebut akan menjadikan sebuah tantangan yang berat bagi Indonesia karena harus bersaing dengan produk lain yang lebih murah dan berkualitas.

BAB III
PEMBAHASAN

 A.Persaingan Perdagangan Bebas Indonesia dan China
      Dalam perdagangan bebas antara Indonesia dengan China ini, masyarakat memandang ACFTA sebagai ancaman, karena berpotensi membangkrutkan banyak perusahaan dalam negeri. Perusahaan yang diperkirakan akan mengalami kebangkrutan tersebut adalah tekstil, mainan anak-anak, furniture, keramik dan elektronik. Bangkrutnya perusahan tersebut disebabkan karena ketidaksiapan para pelaku bisnis Indonesia, terutama bisnis menengah dan kecil dalam bersaing.
      Sementara itu, dengan diberlakukannya ACFTA, maka China yang akan memperoleh keuntungan dari ketersediaan sumber daya alam dan energi Indonesia. Negara China akan memanfaatkan sumber daya alam dan energi Indonesia itu untuk menggerakkan industri mereka dengan biaya yang murah dan hasilnya kemudian dipasarkan kembali ke Indonesia.
Masuknya produk China ke Indonesia tidak hanya berdampak terhadap produk Indonesia, akan tetapi juga berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Beberapa produk China yang masuk ke Indonesia mengandung racun dan zat yang berbahaya bagi kesehatan, seperti timbal yang terdapat pada mainan anak-anak. Lalu, produk  yang mengandung susu dimana di dalamnya terdapat melamin. Melamin ini biasa digunakan pada pembuatan plastik, pupuk, dan pembersih. Kemudian produk makanan berupa jeruk ditemukan mengandung formalin, dan produk kosmetik juga ditemukan mengandung merkuri atau air raksa sehingga begitu berbahaya bagi tubuh.
Berbagai permasalahan yang terjadi dengan masuknya produk dari China ke Indonesia menggambarkan  pengaruh negatif dari ACFTA terhadap industri dan juga kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu masyarakat dan para pengusaha industri tidak setuju atas pelaksanaan ACFTA karena merugikan mereka. Sementara itu pemerintah Republik Indonesia sampai saat ini masih tetap menjalankan ACFTA, karena dianggap akan dapat meningkatkan daya saing Indonesia terhadap barang-barang dari China tersebut.
Ø  Pendapat saya Tentang Persaingan Perdagangan dengan China adalah :
     Produk-produk dari china bisa membuat perekonomian indonesia mengalami penurunan, karena bisa berpotensi mengalami kebangkrutan bagi perusahaan dalam negri.
     Bangkrutnya perusahan tersebut disebabkan karena ketidaksiapan para pelaku bisnis Indonesia, terutama bisnis menengah dan kecil dalam bersaing. Pemikiran tersebut didasarkan pada kondisi yang terjadi saat ini, dimana berbagai produk dari China telah membanjiri pasar Indonesia. Produk dari China yang masuk ke Indonesia sangat bervariasi dan memiliki harga yang murah
Ø  Sikap mengenai Persaingan Perdagangam Bebas dengan China :
    Pemerintah perlu mensosialisasikan cinta produk dalam negri kepada masyarakatnya karena produk yang di hasilkan dalam negri memiliki kualitas yang tidak kalah sama dengan yang di produksi oleh china jadi semangat cinta produk dalam negri bagi masyarakat kita perlu di bangun kembali
Ø  Antisipasi Terhadap Perdagangan Bebas dengan China :
1.pemerintah seharusnya meyakinkan  bahwa  produk lokal memiliki kualitas yang tak kalah baiknya dari produk china.
2.Jika pemerintah tidak mampu berkompetisi dengan China untuk beberapa sector perdagangan, maka strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengeluarkan kebijakan safeguard yaitu pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)

B.Jenis-Jenis Produk Dalam Negeri
Berapakah  produk asli Indonesia? Berapa toko pakaian, sepatu, tas, parfum, serta arloji dan aksesori lain yang menjual produk dalam negeri? Berapa restoran yang menyajikan masakan asli atau khas Indonesia?
 Restoran hanya beberapa yang benar-benar menyajikan masakan/makanan khas Indonesia, semisal sate padang, nasi padang, soto ambengan, soto kudus, sop konro, nasi liwet, soto betawi, bakso malang, aneka masakan ala Sunda dan sebagainya. Selebihnya adalah masakan/makanan dari mancanegara.

            Tengok pula kafe! Berapa banyak kafe yang benar-benar berciri Indonesia? Tidak lebih dari separuh. Umumnya, kafe yang hadir adalah  waralaba dari Amerika Serikat, Perancis, Belanda, Hongkong, Singapura, dan Malaysia. Menyedihkan? Ya, memang menyedihkan.  Sebagian di antara masyarakat kita malah lebih akrab  dengan waralaba dari negara mungil seperti Singapura.
Bayangkan, sebagian di antara kita terpesona oleh waralaba yang menawarkan roti bakar  srikaya, teh tarik, dan telur setengah matang. Kita pun pasti bisa membikin yang serupa, tetapi agaknya publik lebih tertarik produk dari negeri jiran. Lalu roti bakar pakai selai, telur setengah matang, di warung-warung STMJ (susu, telur, madu, dan jahe), lewat begitu saja. Padahal tak kalah enak, hanya beda lokasi penyajian.
Ini baru sebagian masalah. Hal yang tidak kalah menariknya adalah kalahnya produsen dalam negeri dengan  produsen luar negeri. Namun, siapa yang bisa geram? Ini bagian dari mekanisme pasar, ini persoalan permintaan dan penawaran.
Sepatu dari Inggris, misalnya, harganya tidak berselisih jauh dengan sepatu dalam negeri. Namun, sepatu itu awet, bisa dipakai bertahun-tahun. Dan, repotnya, banyak yang merasa sepatu seperti itu makin tua makin empuk dan nyaman dikenakan. Tidak heran kalau ia laku keras di pasaran.
Tentu tidak semua sepatu luar negeri yang mahal bermutu baik. Banyak juga yang mutunya amburadul, tetapi itu tadi, banyak yang terpesona pada merek dan harga. Yang mahal bukan main dikategorikan berkualitas tinggi, padahal belum tentu. Sebaliknya, ada banyak merek dalam negeri yang mutunya keren, tetapi pemasarannya kalah telak dengan sepatu luar negeri. Akibatnya, ia tidak bisa berkompetisi ketat dengan sepatu-sepatu merek terkenal dari luar negeri.

            Di arena lain, pakaian, arloji, tas, perhiasan, parfum, dan aneka aksesori juga masih didominasi  produk-produk luar negeri.
Ada juga produk dalam negeri yang mencoba masuk dalam ruang kompetisi bisnis. Ada yang sukses, tetapi ada juga yang belum beruntung. Kita ambil patokan sukses saja. Alangkah baiknya kalau  pengusaha  mengambil teladan dari pengusaha yang sukses tersebut.
Betapa asyiknya kalau  pengusaha nasional berani naik ke panggung persaingan bisnis dengan menawarkan produk berkelas yang diterima publik. Indah nian persaingan itu, dan kita memberi respek kepada  produsen dalam negeri yang berani bertarung dan  memenangi pertarungan bisnis itu.
Persaingan bisnis tidak hanya menekankan pada kualitas produk, penjualan, dan terobosan pemasaran, tetapi juga kecerdasan, percaya diri, dan nyali untuk bersaing di pentas bisnis yang penuh lika-liku.
Pasar, sebagaimana sifatnya, selalu mengapresiasi siapa pun yang bisa meluncurkan produk berkualitas dan dipasarkan dengan cerdas, tahu posisi dan peluang pasar.

C.Bersaing Di Pasar Luar Negri
v  MENGAPA PERUSAHAAN MELAKUKAN EKSPANSI KEDALAM  PASAR  DUNIA??
Alasan mengapa perusahaan melakukan ekspansi kedalam pasar dunia:
Ø  Untuk  memasuki akses terhadap pelanggang-pelanggang baru, dengan alasan bahwa ekspansi ke dalam pasar dunia akan memberi potensi untuk meningkatkan pendapatan, laba dan pertumbuhan  jangka panjang, dan dapat  menjadi perusahaan domestik yang mapan.
Ø  Untuk mencapai biaya rendah dan dan meningkatkan daya saing perusahaan.  Banyak perusahaan melakukan perluasan usaha karena pasar domestik dan industri mereka sudah terbatas, sehingga dengan demikian pada hakekatnya meningkatkan daya saing- perusahaan.
Ø  Untuk mengkapitalisasi kompetensi utamanya. Sebuah perusahaan dapat memperluas kompetensi dan kapabilitasnya untuk posisi memperoleh keuntungan kompetetif dalam pasar luar negeri seperti pada pasar domestik.
Ø  Untuk menyebar atau membagi risiko bisnisnya melalui perluasan pasar yang telah ada.


BAB IV
PENUTUP

A.KESIMPULAN & SARAN
Menurut saya pribadi pedagangan antara Indonesia-China lebih banyak merugikan Indonesia, karena saat produk China masuk ke Indonesia maka hasil penjualan produk Indonesia sendiri mengalami kemerosotan. tidak bisa dipungkiri Produk produk dari China sangat mendominasi ASIA bahkan saat ini Produk dari China mulai memasuki wilayah Eropa.
Saat produk dari China masuk dan produk dari Indonesia tidak laku di pasar Lokal, maka banyak perusahaan yang bangkrut. Ini menyebabkan banyaknya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang secara otomatis membuat tingkat pengangguran di Indonesia semakin bertambah. Hal-hal semacam ini sangat  berkaitan dengan masalahmasalah yang terjadi di Indonesia seperti kemiskinan dan tingkat Kriminalitas yang sangat marak terjadi di Indonesia.
Menurut saya China sangat pandan membuat produk-produk yang berkualitas rata-rata tetapi berani menjual  dengan harga yang rendah, hal itu tentu saja menarik minat para produen Jika produk China memasuki pasar Indonesia secara benar-benar bebas maka mereka akan menjual produk dengan harga yang minim dengan kualitas yang sama. Hal tersebut membuat produk asli Indonesia memiliki daya jual yang redah.
Indonesia harusnya meningkatkan daya saing dari China, meningkatkan kualitas produk.Juga untuk mendukung Industri Lokal, Pemirintah harus berani membuat kebijakan yang sifatnya melindungi Produkproduk dalam negri. Dari masyarakat Indonesia sendiri pun harus bisa mencintai produk dalam negri. menghargai produk-produk Indonesia agar Produk-produk Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

1 komentar:

  1. Indonesia mempunyai biaya produksi yang tinggi, menyebabkan harga lebih mahal dari barang China

    BalasHapus