PERSAINGAN
PERDAGANGAN INDONESIA & CHINA
ABSTRAK
Mahalnya biaya transportasi dan ongkos
produksi di Indonesia, membuat harga suatu produk tidak kompetitif dipasar
lokal apalagi pada pasar Internasional, hasil Industri made in Indonesia
saat ini nyaris hanya bisa bertahan pada pasar dalam negeri, dan itupun sudah
mulai tertekan karena desakan barang yang sama dari China, harganya pun
jauh lebih murah, walaupun mutunya sulit untuk dipercaya.
Faktor harga murah merupakan strategy
China untuk merebut pangsa pasar besar di Indonesia, dan bukan mustahil
industri-industri kecil hingga industri skala besar akan gulung tikar dalam
bebarapa bulan kedepan oleh karena hancurnya pasar lokal yang diserbu produk
import dari China, dan ini memang rencana besar pemerintahan China, agar
Indonesia menggantungkan sepenuhnya kebutuhan domestiknya terhadap Industri
China.
Ketidak mampuan Industri Indonesia
untuk bersaing dengan melakukan pengurangan ongkos produksi dan distribusi
menjadi salah satu penyebab nilai jual produk dalam negeri mahal,
hancurnya sarana infrastruktur antar pulau dan banyak yang sudah masuk
dalam kategori rusak berat, seperti penuturan pengusaha angkutan darat,
membuat harga barang lokal mahal, ditambah lagi produk yang dihasilkan
memakai bahan baku import, seperti produk tekstil maupun electronic yang
kesemua bahan baku utamanya ( kapas, semicoductor) harus di import dari luar
negeri.
Ironisnya kejadian ini terjadi setiap
tahun dan belum ada tanda-tanda perbaikan, lonjakan harga produk
local yang tidak masuk akal, sering terjadi kelangkaan bahan
baku, dan akhirnya produk yang dihasilkan didalam negeri tidak
akan mampu untuk bersaing dengan produk yang dihasilkan dari
Vietnam, maupun China.
Dalam semester pertama tahun
ini, Indonesia sangat kesulitan untuk mendapatkan bahan baku kapas bagi
keperluan Industri tekstil dalam negeri, kapas yang dihasilkan oleh beberapa
negara seperti, Amerika serikat, India, Pakistan dan sebagian Negara Amerika
Latin, telah habis diborong oleh Importir dari China tahun lalu, lewat
perdagangan berjangka atau yang lebih dikenal dengan istilah future trading,
imbasnya produsen tekstil ditanah air kalang kabut dan harus mengikuti
fluktuatif kenaikan harga yang ditetapkan oleh Eksportir China hingga mencapai
50% dari harga dasar dipasar Internasional.
Lonjakan harga tersebut berimbas pada
penghentian kegiatan produksi garment maupun Industri rumahan di dalam negeri,
kenaikan harga bahan baku tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual produk
sehingga konsumer tidak melakukan pembelian produk secara rutin akhirnya stock
menumpuk dan tidak ada kepastian kapan produk tersebut akan diserap oleh pasar.
Importir dari kelas menengah timur
tengah maupun eropa timur sudah 6 bulan lebih tidak pernah datang untuk melirik
produk garment Indonesia, dapat dibayangkan berapa banyak devisa yang hilang
akibat kenaikan harga kapas yang sengaja dilakukan oleh pengusaha China
tersebut, jika dulu industri garment kita merupakan andalan utama pemasukan
devisa, kini mereka beralih menjadi importir untuk memasukkan barang yang
sejenis dari China, imbasnya adalah pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja
dilingkungan pabrik mereka seperti yang terjadi di Jawa barat, Jawa tengah
maupun pusat sentra Industri di Tanah Air.
Adakah jalan lain yang dapat ditempuh
untuk menghidupkan kembali kejayaan Industri di Tanah Air? untuk jangka pendek
sepertinya kita tidak punya harapan, namun bilamana pengembangan Industri
pertanian Kapas dikembangkan di Nusa Tenggara maupun daerah lainnya, Industri
tekstil kita bisa bangkit kembali asalkan pemerintah memberikan dukungan penuh
seperti yang dilakukan untuk industri kelapa sawit, dimana saat ini hanya
produk ini yang masih bertahan dipasar internasional, karena saingan kita hanya
Malaysia saja.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Perjanjian perdagangan bebas
ASEAN-China semula memang potensial membawa kemajuan bagi perekonomian
Indonesia. Akan tetapi, dengan catatan, sejak ditekennya perjanjian hingga
menjelang diberlakukannya ACFTA, pemerintah bersungguh-sungguh mempersiapkan
daya saing dan kinerja perekonomian dalam negeri agar siap tempur di ajang
perdagangan bebas tersebut.
Namun faktanya, seperti disinggung di
atas, yang terjadi di dalam negeri justru deindustrialisasi, melemahnya daya
saing produk pertanian, dan kian termarjinalisasinya UMKM. Dengan kata lain,
persiapan kita sangat minim.
Banyak faktor yang ikut berperan
di sini. Antara lain, diabaikannya sektor riil dibanding sektor finansial, tak
kunjung dibenahinya infrastruktur, reformasi birokrasi yang tak serius yang
menyebabkan ekonomi biaya tinggi tetap menggejala, gagalnya revitalisasi
pertanian, dan kurangnya komitmen pemerintah melakukan politik afirmasi bagi
UMKM.
Lebih dari itu, barang-barang
produksi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, dan China relatif sejenis.
Yakni, masih sama-sama mengandalkan produksi sektor pertanian dan industri
padat karya seperti tekstil dan alas kaki. Dalam kondisi ini, bisa dipastikan
jika kran pasar bebas dibuka, yang bertahan ialah negara yang sanggup memproduksi
barang dengan cara paling efisien alias murah meriah, dengan kualitas setara
bahkan lebih baik. Posisi inilah yang dimiliki China, yang bisa menekan ongkos
produksi serendah mungkin lantaran berbagai biaya faktor produksi mereka yang
lebih murah.
China bisa merebut posisi
unggulan ini lantaran penguasaan mereka atas teknologi produksi kimia dasar,
sehingga bisa tiap saat memasok bahan baku industri manufakturnya dengan harga
murah, tanpa tergantung impor. Negeri Tirai Bambu ini juga sangat serius mereformasi
birokrasi guna memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), bahkan dengan
menghukum mati para koruptornya.
Jadi, bukan lagi rendahnya upah buruh
di China yang menjadi alasan murahnya produk mereka sehingga memenangkan
persaingan. Sebab, upah rata-rata tenaga kerja di Vietnam sekarang ini pun
lebih mahal daripada upah buruh Indonesia, toh daya saing produk Vietnam mulai
mengalahkan produk Indonesia.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana persaingan perdagangan bebas
Indonesia dengan China?
2. Jenis-Jenis produk dalam negeri ?
3. Bagaimana bersaing di pasar luar
negeri?
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Bagi Negara Republik Indonesia,
perdagangan bebas dengan China ini memberikan dampak positif dan negatif
terhadap perekonomian. Dampak positifnya adalah terbukanya peluang Indonesia
untuk meningkatkan perekonomiannya melalui pemanfaatan peluang pasar yang ada,
dimana produk-produk dari Indonesia dapat dipasarkan secara lebih luas ke
negara-negara ASEAN dan China. China yang memiliki wilayah yang luas, jumlah
penduduk yang banyak, serta pertumbuhan ekonomi yang pesat menjadi pasar yang
potensial untuk mengekspor produk-produk unggulan dari Indonesia ke negara
tersebut. Dengan mengalirnya produk-produk Indonesia ke negara luar, maka
kegiatan industri di Indonesia menjadi meningkat, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan negara Indonesia.
Sebaliknya, perekonomian China yang begitu kuat terfokus pada ekspor menjadi
tantangan bagi Indonesia. Ditambah lagi Pemerintah China yang mendukung penuh
perdagangan masyarakatnya telah mampu untuk menghasilkan produk yang
berkualitas, produk yang bervariasi, teknologi yang maju serta harga yang
relatif murah, Dengan demikian produk-produk dari China tersebut akan
mendominasi pasar di Indonesia. Begitu pula produk Indonesia yang sama dengan
produk dari China, namun Indonesia masih kalah bersaing di beberapa produk
tersebut. Walaupun begitu Indonesia masih unggul dalam produk komponen
otomotif, garmen, furniture, dan perlengkapan rumah tangga. Walaupun memiliki
unggulan produk, namun hal tersebut akan menjadikan sebuah tantangan yang berat
bagi Indonesia karena harus bersaing dengan produk lain yang lebih murah dan
berkualitas.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.Persaingan
Perdagangan Bebas Indonesia dan China
Dalam perdagangan bebas antara Indonesia dengan China ini, masyarakat memandang
ACFTA sebagai ancaman, karena berpotensi membangkrutkan banyak perusahaan dalam
negeri. Perusahaan yang diperkirakan akan mengalami kebangkrutan tersebut
adalah tekstil, mainan anak-anak, furniture, keramik dan elektronik.
Bangkrutnya perusahan tersebut disebabkan karena ketidaksiapan para pelaku
bisnis Indonesia, terutama bisnis menengah dan kecil dalam bersaing.
Sementara itu, dengan diberlakukannya ACFTA, maka China yang akan memperoleh
keuntungan dari ketersediaan sumber daya alam dan energi Indonesia. Negara
China akan memanfaatkan sumber daya alam dan energi Indonesia itu untuk
menggerakkan industri mereka dengan biaya yang murah dan hasilnya kemudian
dipasarkan kembali ke Indonesia.
Masuknya produk China ke Indonesia
tidak hanya berdampak terhadap produk Indonesia, akan tetapi juga berdampak
terhadap kesehatan masyarakat. Beberapa produk China yang masuk ke Indonesia
mengandung racun dan zat yang berbahaya bagi kesehatan, seperti timbal yang
terdapat pada mainan anak-anak. Lalu, produk yang mengandung susu dimana
di dalamnya terdapat melamin. Melamin ini biasa digunakan pada pembuatan
plastik, pupuk, dan pembersih. Kemudian produk makanan berupa jeruk
ditemukan mengandung formalin, dan produk kosmetik juga ditemukan mengandung
merkuri atau air raksa sehingga begitu berbahaya bagi tubuh.
Berbagai permasalahan yang terjadi
dengan masuknya produk dari China ke Indonesia menggambarkan pengaruh
negatif dari ACFTA terhadap industri dan juga kesehatan masyarakat di
Indonesia. Oleh karena itu masyarakat dan para pengusaha industri tidak setuju
atas pelaksanaan ACFTA karena merugikan mereka. Sementara itu pemerintah
Republik Indonesia sampai saat ini masih tetap menjalankan ACFTA, karena
dianggap akan dapat meningkatkan daya saing Indonesia terhadap barang-barang
dari China tersebut.
Ø Pendapat saya Tentang Persaingan
Perdagangan dengan China adalah :
Produk-produk dari china bisa membuat perekonomian indonesia mengalami
penurunan, karena bisa berpotensi mengalami kebangkrutan bagi perusahaan dalam
negri.
Bangkrutnya perusahan tersebut disebabkan karena ketidaksiapan para pelaku
bisnis Indonesia, terutama bisnis menengah dan kecil dalam bersaing. Pemikiran
tersebut didasarkan pada kondisi yang terjadi saat ini, dimana berbagai produk
dari China telah membanjiri pasar Indonesia. Produk dari China yang masuk ke
Indonesia sangat bervariasi dan memiliki harga yang murah
Ø Sikap mengenai Persaingan Perdagangam
Bebas dengan China :
Pemerintah perlu mensosialisasikan cinta produk dalam negri kepada
masyarakatnya karena produk yang di hasilkan dalam negri memiliki kualitas yang
tidak kalah sama dengan yang di produksi oleh china jadi semangat cinta produk
dalam negri bagi masyarakat kita perlu di bangun kembali
Ø Antisipasi Terhadap Perdagangan Bebas
dengan China :
1.pemerintah
seharusnya meyakinkan bahwa produk lokal memiliki kualitas yang tak
kalah baiknya dari produk china.
2.Jika
pemerintah tidak mampu berkompetisi dengan China untuk beberapa sector
perdagangan, maka strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengeluarkan
kebijakan safeguard yaitu pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)
B.Jenis-Jenis
Produk Dalam Negeri
Berapakah produk asli Indonesia?
Berapa toko pakaian, sepatu, tas, parfum, serta arloji dan aksesori lain yang
menjual produk dalam negeri? Berapa restoran yang
menyajikan masakan asli atau khas Indonesia?
Restoran hanya beberapa yang
benar-benar menyajikan masakan/makanan khas Indonesia, semisal sate padang,
nasi padang, soto ambengan, soto kudus, sop konro, nasi liwet, soto betawi,
bakso malang, aneka masakan ala Sunda dan sebagainya. Selebihnya adalah
masakan/makanan dari mancanegara.
Tengok pula kafe! Berapa banyak kafe yang benar-benar berciri Indonesia? Tidak lebih dari separuh. Umumnya, kafe yang hadir adalah waralaba dari Amerika Serikat, Perancis, Belanda, Hongkong, Singapura, dan Malaysia. Menyedihkan? Ya, memang menyedihkan. Sebagian di antara masyarakat kita malah lebih akrab dengan waralaba dari negara mungil seperti Singapura.
Bayangkan, sebagian di antara kita
terpesona oleh waralaba yang menawarkan roti bakar srikaya, teh tarik,
dan telur setengah matang. Kita pun pasti bisa membikin yang serupa, tetapi
agaknya publik lebih tertarik produk dari negeri jiran. Lalu roti bakar pakai selai,
telur setengah matang, di warung-warung STMJ (susu, telur, madu, dan jahe),
lewat begitu saja. Padahal tak kalah enak, hanya beda lokasi penyajian.
Ini baru sebagian masalah. Hal yang
tidak kalah menariknya adalah kalahnya produsen dalam negeri dengan produsen
luar negeri. Namun, siapa yang bisa geram? Ini bagian dari mekanisme pasar, ini
persoalan permintaan dan penawaran.
Sepatu dari Inggris, misalnya, harganya tidak berselisih jauh dengan sepatu dalam negeri. Namun, sepatu itu awet, bisa dipakai bertahun-tahun. Dan, repotnya, banyak yang merasa sepatu seperti itu makin tua makin empuk dan nyaman dikenakan. Tidak heran kalau ia laku keras di pasaran.
Sepatu dari Inggris, misalnya, harganya tidak berselisih jauh dengan sepatu dalam negeri. Namun, sepatu itu awet, bisa dipakai bertahun-tahun. Dan, repotnya, banyak yang merasa sepatu seperti itu makin tua makin empuk dan nyaman dikenakan. Tidak heran kalau ia laku keras di pasaran.
Tentu tidak semua sepatu luar negeri
yang mahal bermutu baik. Banyak juga yang mutunya amburadul, tetapi itu tadi,
banyak yang terpesona pada merek dan harga. Yang mahal bukan main dikategorikan
berkualitas tinggi, padahal belum tentu. Sebaliknya, ada banyak merek dalam
negeri yang mutunya keren, tetapi pemasarannya kalah telak dengan sepatu luar
negeri. Akibatnya, ia tidak bisa berkompetisi ketat dengan sepatu-sepatu merek
terkenal dari luar negeri.
Di arena lain, pakaian, arloji, tas, perhiasan, parfum, dan aneka aksesori juga masih didominasi produk-produk luar negeri.
Ada juga produk dalam negeri yang
mencoba masuk dalam ruang kompetisi bisnis. Ada yang sukses, tetapi ada juga
yang belum beruntung. Kita ambil patokan sukses saja. Alangkah baiknya
kalau pengusaha mengambil teladan dari pengusaha yang sukses
tersebut.
Betapa asyiknya kalau pengusaha
nasional berani naik ke panggung persaingan bisnis dengan menawarkan produk
berkelas yang diterima publik. Indah nian persaingan itu, dan kita memberi
respek kepada produsen dalam negeri yang berani bertarung dan
memenangi pertarungan bisnis itu.
Persaingan bisnis tidak hanya
menekankan pada kualitas produk, penjualan, dan terobosan pemasaran, tetapi
juga kecerdasan, percaya diri, dan nyali untuk bersaing di pentas bisnis yang
penuh lika-liku.
Pasar, sebagaimana sifatnya, selalu
mengapresiasi siapa pun yang bisa meluncurkan produk berkualitas dan dipasarkan
dengan cerdas, tahu posisi dan peluang pasar.
C.Bersaing
Di Pasar Luar Negri
v MENGAPA PERUSAHAAN MELAKUKAN EKSPANSI
KEDALAM PASAR DUNIA??
Alasan mengapa perusahaan
melakukan ekspansi kedalam pasar dunia:
Ø Untuk memasuki akses terhadap
pelanggang-pelanggang baru, dengan alasan bahwa ekspansi ke dalam pasar dunia
akan memberi potensi untuk meningkatkan pendapatan, laba dan pertumbuhan
jangka panjang, dan dapat menjadi perusahaan domestik yang mapan.
Ø Untuk mencapai biaya rendah dan dan
meningkatkan daya saing perusahaan. Banyak perusahaan melakukan perluasan
usaha karena pasar domestik dan industri mereka sudah terbatas, sehingga dengan
demikian pada hakekatnya meningkatkan daya saing- perusahaan.
Ø Untuk mengkapitalisasi kompetensi
utamanya. Sebuah perusahaan dapat memperluas kompetensi dan kapabilitasnya
untuk posisi memperoleh keuntungan kompetetif dalam pasar luar negeri seperti
pada pasar domestik.
Ø Untuk menyebar atau membagi risiko
bisnisnya melalui perluasan pasar yang telah ada.
BAB
IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN & SARAN
Menurut saya pribadi pedagangan antara
Indonesia-China lebih banyak merugikan Indonesia, karena saat produk China
masuk ke Indonesia maka hasil penjualan produk Indonesia sendiri mengalami
kemerosotan. tidak bisa dipungkiri Produk produk dari China sangat mendominasi
ASIA bahkan saat ini Produk dari China mulai memasuki wilayah Eropa.
Saat produk dari China masuk dan
produk dari Indonesia tidak laku di pasar Lokal, maka banyak perusahaan yang
bangkrut. Ini menyebabkan banyaknya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang
secara otomatis membuat tingkat pengangguran di Indonesia semakin bertambah.
Hal-hal semacam ini sangat berkaitan dengan masalahmasalah yang terjadi
di Indonesia seperti kemiskinan dan tingkat Kriminalitas yang sangat marak
terjadi di Indonesia.
Menurut saya China sangat pandan
membuat produk-produk yang berkualitas rata-rata tetapi berani menjual
dengan harga yang rendah, hal itu tentu saja menarik minat para produen
Jika produk China memasuki pasar Indonesia secara benar-benar bebas maka mereka
akan menjual produk dengan harga yang minim dengan kualitas yang sama. Hal
tersebut membuat produk asli Indonesia memiliki daya jual yang redah.
Indonesia harusnya meningkatkan daya
saing dari China, meningkatkan kualitas produk.Juga untuk mendukung Industri
Lokal, Pemirintah harus berani membuat kebijakan yang sifatnya melindungi
Produkproduk dalam negri. Dari masyarakat Indonesia sendiri pun harus bisa
mencintai produk dalam negri. menghargai produk-produk Indonesia agar
Produk-produk Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia mempunyai biaya produksi yang tinggi, menyebabkan harga lebih mahal dari barang China
BalasHapus